menatap langit dinihari, ada dingin yang menghunus iga membuat damai.  pukul 03.00 dinihari, kakiku masih menginjak pedal gas. ada rintik  hujan bercampur debu dikaca depan. aku menatap cahaya lampu-lampu  jalanan. terang tak terelakkan. namun aku yakin,sebentar lagi ia  bias...pudar...menjadi mozaik terkalahkan mentari.
jalanan basah,  entah sisa tetesan hujan atau airmata yang menggenang. kulirik kaca  spion, ku tatap pantulan wajahku, datar...bukan sedih, tapi  getir...kuinjak rem perlahan, kutepikan merapat trotoar. basah namun aku  tetap duduk disana.
rahangku bergetar...kedinginan, namun  kutemukan damai. kutatap pantulan wajahku dalam genangan air sisa hujan,  cantik...indah...namun sirna begitu saja ketika air mata menetes.  ditengah keramaian jalanan aku merasakan sepi, ditengah bisingnya kota  aku dapatkan sunyi, didalam dekapan aku menggigil...entah....ada airmata  saat aku tersenyum, selalu ada teriakan saat aku tertidur....
aku  berjalan dalam ketidak mengertian, aku berlari dalam kejaran  tandatanya. mencoba melebihi cepatnya waktu...aku melesat, kukerahkan  tenagaku tapi tetap kalah...kalah oleh ego, ditinggalkan waktu...nafasku  tersengal, tenagaku terkuras, keringatku bercucuran bercampur airmata  dinihari ini...nyaris aku menyerah dalam keterpurukan. mentari  menjemputku...memberikan terang dan hangat...aku kembali berdiri,  berjalan, lalu berlari...masih mengejar waktu...hingga tak ada lagi  mentari untukku....
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar